Posts

Showing posts from December, 2008

Pernah, dong, ah...

Ada sebuah catatan yang masih segar dalam ingatan saya tentang sebuah kejadian. Berdua, kami duduk di sebuah meja bernaungkan tenda parasol. Jalan Bali nomor satu. Tepat tiga tahun lalu. Apa yang bisa dibicarakan dua manusia selama dua belas jam tanpa henti? Hidup, masa lalu dan mimpi. Kamu, seorang perempuan yang paling saya percaya. Perempuan yang tak bisa berhenti untuk terus dicintai banyak orang. Dan saya, juga mereka, tidak pernah khawatir akan kamu buat terluka.

Resolusi Tahun Baru

Selama delapan tahun terakhir, malam pergantian tahun saya lewati dengan tidur nyenyak dibarengi mimpi indah. Tidak ada itu pesta kembang api, hura-hura, euforia dan romantisme harapan tahun yang baru saja datang. Dalam hal ini, hati saya dingin dan datar saja. Nyaris memandang itu semua secara sinis, malah. Karena itu, tidak pernah saya repot-repot menyusun resolusi. Tahun baru adalah hari libur sedunia. Tanggal merah. Merah hati. Hati-hati di jalan, sayang. Resolusi adalah tingkat ketajaman sebuah gambar atau image. 800 x 480 adalah resolusi monitor laptop Asus EEPC milik saya yang kecil dan imut. Juga lucu. Tapi kalau marah, galaknya tiada dua.

Pergi, Jangan, Jangan Pergi

bandung adalah setetes embun yang tergelincir dari dedaunan setelah hujan turun semalam juga matahari pagi yang tak pernah disambut hangat oleh penghuninya bandung adalah santai dan terlambat itu biasa saja sekaligus macet, semrawut dengan sistem lalu-lintas yang ruwet

Ember

lalu kusingkap rahasia pada mereka tentang persahabatan kita yang teranyam jerami rindu untuk segera bertemu dan kenangan perjumpaan singkat lalu ini bukan kisah cinta, kataku mengutip ucapanmu

What Came with Love is Lost

seandainya nanti kudiberkati dengan putera-puteri kan kuceritakan tentang engkau, bunda seorang perempuan mulia baik tingkah maupun rupa seandainya kelak anak-cucuku terlahir ke dunia kan kudendangkan syair-syair tentang indahnya ku di masa kecil di mana engkau, bunda adalah cahaya di rumah kita

Airmata, Aisa

Teruntuk Aisa, seorang anak perempuan yang tak pernah bisa berhenti untuk dicintai Aisa Sayang, ada yang berbeda kali ini. Bapak menangis tadi malam.

Untuk Rini di Cimahi

Bandung, 25 Oktober 2005 Dear, Rini. Beribu maaf, kamu harus menunggu begitu lama untuk dapat menerima surat balasan ini. Kebiasaan buruk menunda segala sesuatu memang sudah menjadi kekurangan saya yang paling mendasar. Sekali lagi… maafkan. Ada kelegaan luar biasa sewaktu saya membaca surat kamu. Ternyata, kamu menyukai novel itu. Bahkan, kamu ceritakan juga tentang tokoh Pram yang kamu suka. Sungguh, bertambah lagi satu alasan bagi saya untuk terus menulis. Terimakasih. Jadi, bagaimana kabar kamu? Sudah tidak jemu lagi menunggu?

Janji Bangun Tidur

Pagi ini saya terbangun dalam kondisi tubuh yang lemah. Lemah gemulai. Seperti bencong. Pandangan mata berkunang-kunang dan hidung basah tidak kepalang. Tissue berserakan di sisi ranjang. Serangan virus influenza sudah memasuki hari ke tiga, sementara belum satu pun obat farmasi yang tertelan tenggorokan saya. Masih sedikit tenang, sebenarnya. Sebab rokok dan kopi belum berubah rasanya di lidah. Pada awalnya, saya pikir ini sugesti belaka bahwa saya sedang sakit. Namun, rupanya saya sudah tidak setangguh dahulu. Sewaktu lari pagi, beladiri, bulutangkis, lari sore, fitness dan naik gunung masih menjadi kegiatan sehari-hari. Saat push-up limapuluh setiap bangun tidur, barbel lima kilo sebelum naik kasur.

Onta

“Andi, apakah setelah menikah nanti kamu akan selingkuh?” Tadi malam, pertanyaan tersebut diajukan kepada saya oleh seorang calon ibu yang tengah hamil tiga bulan. Bukan. Bukan saya si pelaku penghamilan, tapi suaminya sendiri, tentu saja. Saat ini si suami sedang bertugas di negeri nabi berasal. Tak perlulah kita lakukan test DNA. Buang-buang waktu dan uang berharga. “Tidak.” Begitulah jawaban saya. Saya menjawabnya begitu cepat. Sangat cepat. Kurang dari satu detik. Tanpa menimbang. Tanpa berpikir. Tanpa merengut, menggerakkan alis, atau mengerutkan dahi. Kuping saya tidak bergerak dan sudut mata tidak berkedut. Air muka saya tidak berubah. Refleks saja. Seperti seorang jagoan silat yang menangkis serangan tiba-tiba dari arah belakang. ”Andi bohong.”

Jumpalitan

Teruntuk Litan, seorang perempuan yang padanya ingin kutitipkan cinta yang utuh, tali erat persahabatan, keping demi keping kenangan, rasa percaya, jendela masa depan, pintu menuju masa lalu, keluhan dan kesahan, derai tawa serta air mata, sebentuk rindu, segenggam cemburu, juga gairah menggebu…

Masturbasi Spritual dan Emosional

Istilah ini saya pinjam dari seorang teman kantor ketika kami membicarakan betapa maraknya berbagai training motivasi. Tujuan setiap program adalah sama, meningkatkan motivasi para peserta agar mereka dapat lebih bersemangat, baik dalam konteks bekerja, menjalankan kehidupan sampai mengejar kekayaan. Juga meningkatkan keimanan. Saya sendiri bukan tidak pernah mengikuti berbagai training seperti itu. Di tahun-tahun pertama kuliah, entah berapa banyak jenis training motivasi yang pernah saya ikuti. Termasuk doa-doa bersama yang mencucurkan air mata. Setiap kali lulus dari program tersebut, saya serasa lahir kembali dengan jiwa baru. Merasa lebih bersih dan bersemangat.

I Love Goat

Dari semua hewan yang terdapat di seluruh permukaan bumi, saya sangat bersyukur Tuhan menciptakan kambing. Sate, steak, gulai. Ah, sedapnya. Sampai-sampai saya berpikir bahwa… ini mungkin hidangan kiriman dari warung-warung di surga. Pernah suatu kali saya habiskan empatpuluh tusuk sate kambing dalam waktu kurang dari satu jam. Saya potong-potong sendiri itu kambing. Saya tusuk-tusuk penuh nafsu. Lalu saya panggang. Bumbu maranggi tidak terlupa disertakan: kecap, bawang, cabe ijo. Malam harinya dilanjutkan dengan pesta lamb chop. Jangan tanya berapa yang masuk ke dalam perut. Idul Adha dua tahun lalu. Salah satu hari terbaik di sepanjang hidup saya.

Memory Salon Memory

ada yang mengetuk di balik pintu desau angin, rintik hujan, gemerisik daun mengirim berita kau takkan pernah tiba siapa yang mengendap di atas atap? tikus rumah dan kucing malam, rupanya kata mereka kau tidak lagi singgah