“Andi, jika kamu diberi izin untuk membunuh lima orang, siapa saja yang akan kamu masukkan ke dalam daftarnya?” Itu adalah pertanyaan yang dilemparkan ke wajah saya kemarin malam di tengah kencan kami di sebuah kafe dengan menu yang teramat mahal, tidak enak dan tidak mengenyangkan. Sampai tersedak saya dibuatnya. Merasa tertampar, juga. Sekiranya ada cermin, ingin saya lihat rona merah di wajah saya. Sekaligus waktu yang tepat buat bedakan. Untuk sesaat saya hanya diam membisu sambil menatap wajahnya yang, ehm, tanpa cela itu. Proporsi dan susunan daging-tulang yang nyaris sempurna. Sebuah jerawat kecil tampak samar-samar menempel di atas alis, sedikit merusak keseimbangan pola. Namun, langit malam bertambah indah justru karena adanya bintang, bukan?