Posts

Showing posts from January, 2009

Don't Ask Me Why

Nyaris setiap orang yang mengaku perhatian pada saya selalu bilang begini, “Andi, tolong ya, itu janggutnya dipotong.” “Baiklah akan saya tolong. Janggut siapa yang harus saya potong?” Disebabkan saya adalah seorang laki-laki yang tidak suka berbuat sesuatu hanya demi menyenangkan orang lain, maka janggut saya pun selamat selama ini. Panjang dan subur. Lebat dan rimbun. Meski, dibandingkan orang Arab, janganlah dibandingkan. Bandingkanlah dengan Ahmad Dani. “Janggut ini tempat bergelantungnya para malaikat,” kata saya membela diri. “Iya. Malaikat pencabut nyawa, pencatat amal buruk, peniup sangsakala hari kiamat.”

Perata Kursi

susu hangat di teras rumah sehabis pulang kerja di sore hari tertawakan tetangga sebelah pulang dengan celana basah "kehujanan?" terlontar pertanyaan basa basi "iya. lebih baik begini daripada lembur selalu." dijawab dengan sungguh-sungguh.  "bisa-bisa, tua di kantor. pantat bisa rata oleh kursi." ah... titip salam untuk para pemakan matahari Bandung, 29 Januari 2009

Ke Kalor Ke Kidul

Sudah berapa lama kita tidak saling menyapa? Huss, tidak usah dihitung. Akan habis jari tangan plus kaki kamu, nanti. Mungkin akan butuh sempoa. Dalam hitung-menghitung, kamu memang bukan bagiannya. Karena itu, kamu diam saja, ya. Kali ini biarkan saya bercerita. Duduk manis sana. Hey, jangan jauh-jauh. Saya ngga mau kalau mesti teriak-teriak, nantinya.

Gong Xi Fat Choi

Sebagai pemerhati kebudayaan Tiongkok dan Jurus Kungfu, ijinkanlah saya menyapa kamu dari seberang lautan. Di sana kamu pasti sedang menikmati kue keranjang dan menebak-nebak isi angpao. Gong Xi Fat Choi Selamat Tahun Baru Imlek Saya juga ingin mengucapkan salam kepada mereka, orang-orang yang sudah menginspirasi saya. #1 Pendekar Pemanah Rajawali Kwe Cheng Meski IQ di bawah rata-rata, namun sifat ksatriamu telah menginspirasi saya sejak saya remaja. Dari dirimulah saya tahu bagaimana seorang laki-laki itu harus bersikap. Kesetiaan pada negeri dan apa yang diyakini.

Kampung Halaman Aisa

Aisa, Pernahkah kamu melihat bintang jatuh? Tak usah dijawab, sayang. Karena bapak tahu jawabannya adalah pernah. Pasti pernah. Dan sandainya ternyata barusan bapak sok tahu, maafkan, ya. Maukah kamu memaafkan ayahmu satu-satunya ini? Yang tak ada duanya itu… Yang kasihnya padamu melimpah seperti banjir itu… Yang sayangnya padamu tak dapat dikalkulasi itu… Janganlah karena bapak sudah sok tahu, lantas hubungan kita berakhir sampai di sini.

Surat Cinta #1001

Di tengah-tengah hidup dan matinya sinyal 3G, ijinkanlah saya, artis gadungan ini, menyapa kamu dari  kampung halamannya.  Yang panas, yang gerah, yang semrawut disertai pembangunan yang terlambat duapuluh tahun itu. Saya ingin menyapa kamu lewat tukang baso yang semangkuknya hanya tujuh ribu. Rupiah mata uangnya. Baso bihun bening tanpa selederi, menunya. Dan teh botol sosro penutupnya. Saya ingin menyapa kamu lewat penjual nasi uduk plus kerupuk emping selebar piring. Ditambah tempe bacem dan gulai. Tak lengkap jika tidak ditaburi irisan bawang.

Selamat Pagi

pagi ini saya ingin melongok ke luar jendela dan menyapa selamat pagi apa daya, hujan gerimis di luar sana

Turun

Sejak hari Jumat kemarin, saya resmi pindah ruangan kerja. Sebuah projek lama yang sudah bertahun-tahun tidak juga tuntas membutuhkan tenaga saya. Juga pikiran, tentunya. Sekiranya kelak butuh dana pun, sudah saya siapkan beberapa juta. Hanya doa yang mungkin sulit saya berikan. Doa kan harus tulus. Tanpa pamrih. Tanpa embel-embel. Hanya mereka yang saya cinta saja yang tidak pernah lupa saya doakan. Saya pindah meja, dari lantai tiga turun ke lantai satu. Semoga, ini bukan tanda-tanda menurunnya karir saya. Tapi, memangnya, sejak kapan saya mengejar karir, bukan? Saya cuma berencana bahwa dalam lima tahun bekerja, saya sudah bisa menjabat sebagai manajer. Dua tahun kemudian, Kepala Divisi. Lalu di usia tigapuluh lima, menjadi Direktur Utama termuda dalam sejarah perusahaan. Tapi, kemudian apa?

Ya, Benar

saya kebingungan harus memulai dari mana dari ucapan selamat tahun baru yang sudah lewat atau ulang tahun yang tak kunjung datang... belum pernah seberat ini untuk sekedar bertanya sarapan apa pagi ini atau film apa yang hendak kamu tonton di malam minggu

Rich Dad, Poor Dad

Teruntuk Aisa yang kecantikannya mampu mengganggu mimpi raja-raja Di luar sana, hujan begitu deras, Aisa. Membasahi semua yang terkena curahnya. Termasuk jemuran bapak. Tiga kemeja dan dua celana plus dalamannya. Mungkin besok masih bapak kenakan baju yang sama dengan hari ini. Tapi bukan itu yang hendak bapak ceritakan. Tak mau bapak membuatmu malu karena mengetahui ayahnya tidak rajin mencuci pakaiannya sendiri.

Orang-Orang Jalan Bali

“Mana yang kamu pilih, Ndi, menjadi Jutawan Dot Com atau Jutawan Dot Net?” Itu adalah salah satu dari sekian juta pertanyaan tidak penting yang diajukan teman-teman saya selama ini. Dan setiap kali kami berkumpul, memang tidak ada hal yang kami anggap penting. Tidak satu pun. Joker tertinggal tigabelas tahun dari kami dengan Why So Serious -nya. ”Bagaimana kalau di kantor istri saya?” Zoel mengajukan usul tempat untuk kami mijit yang penting-penting alias miting. Markas di jalan Bali sudah digusur. Kami butuh sebuah tempat baru dalam rangka menjadi Jutawan Dot Co Dot ID.

Jalan Bali

mentari bersinar tanpa pamrih dia sudah puas melihat bunga yang bersemi ya, aku juga tidak apa-apa aku hanya ingin tahu, apa dia baik-baik saja… [Khu Lung - Ho Ce Wen, Impecable Twins] Ada sebuah tempat di mana saya merasa begitu terikat. Tigabelas tahun sudah saya berada di sana. Udara terbaik yang saya hisap ada di sana. Pohon-pohon tertinggi dan terindang yang bisa saya temukan di kota. Jalan-jalan paling teduh. Tahun 1995, saya masuk SMA di jalan Bali. Dan hingga hari ini, saya masih di jalan itu. Teman-teman terlucu saya ada di sana. Inilah tempat kami berkumpul di waktu sempit dan senggang. Entah siapa yang pertama kali memulai, di tahun 2004 muncul sebuah ide untuk memulai usaha bersama. Jalan Bali no. 1 menjadi markasnya. Dan dua tahun kemudian, saya terpaksa menjadi salah satu tuan rumah, menggantikan yang lama. Bagaimana lagi, jika tempat ini dimusnahkan, di mana tempat kami berkumpul nanti?