PLN Brengsex!
Perjalanan kali
ini adalah menuju Sumedang Tandang. Ada sate kambing dan gurame bakar yang
hendak kami buru di sana. Konon, itu adalah sate kambing terbaik yang pernah
ada di muka bumi. Laku nian oleh para PNS pada setiap jam makan siang. Penuh
selalu. Pemiliknya saja sampai mampu membeli sebuah pom bensin.
“Lemaknya menetes, Ndi. Dan ngga bikin
kepala pusing.”
Begitu yang
dipromosikan salah satu teman penggila makanan. Maka dari itu, di hari Minggu
pagi yang mendung, berangkatlah kami berempat ke sana dengan menggunakan sebuah
mobil dinas berpelat merah. Seluruh penumpang adalah laki-laki. Bekal kami: dua
buah kamera Canon 1000D yang belum seminggu digunakan. Waktunya bagi mereka
untuk diuji.
“Kalau malam, kasirnya ngga pakai bra, lho.”
Begitu yang
dibilang salah satu penumpang sewaktu kami keluar pintu tol Cileunyi. Dalam
hati berdoa, semoga kembali ke Bandung pada malam hari.
Kampus Unpad sangat
lenggang sewaktu kami melewatinya. Tidak satu pun terlihat mahasiswi. Mungkin
karena hari libur. Padahal, sekiranya ada, sudah barang tentu kami akan
menepikan mobil, turun dan mengajak mereka berkenalan.
Saya Andi. Ini teman saya Rusky, Pepen dan Mei.
Kami sedang menuju Sumedang, tempat Rossa dilahirkan. Mau ikut kami? Meski kami
laki-laki tidak dikenal, kami sungguh tidak berbahaya. Lihat saja pelat mobil
yang berwarna merah tanda bahwa kami laki-laki baik-baik dan tidak ganas. Iya,
ini mobil dinas. Mobil dinas bapak teman saya yang bekerja di DikNas.
Di Cadas
Pangeran, jalanan menanjak dan berliku. Di kanan jurang, di kiri gunung.
Pohon-pohon ditempeli poster pemilu. Wajah-wajah tak dikenal, tersenyum. Senyum
mohon doa restu dan dukungannya. Kami pun sempatkan berdoa untuk mereka. Berdoa
agar mereka segera menghentikan ini semua.
“Itu rumah Rossa. Konon, sepanjang jalan ini
diblokir sewaktu beliau menikah.”
Begitu komentar
teman saya sambil menunjuk sebuah rumah bertingkat dua. Dia sudah beberapa kali
ke Sumedang dengan pacarnya. Pacar lama, tentunya. Sudah putus sejak beberapa
bulan lalu.
Aih, seumur begini, putus…
Dari balik
jendela, mulai terlihat oleh kami tempat yang dituju. Mobil menepi untuk
parkir. Kami turun. Hujan pun ikut turun. Petugas parkir menghampiri kami
sambil menawarkan payung. Saya tolak dengan halus tanpa lupa mengucapkan
terimakasih.
Kami laki-laki,
tidak pernah berpayung.
Empat porsi sate
kambing, seekor gurame bakar, dua karedok beserta minumnya segera kami pesan.
Sambil menunggu datangannya makanan, kamera pun dikeluarkan. Pemandangan
sungguh indah untuk segera diabadikan dalam si penyimpan kenangan.
“PLN brengsex!!!”
Begitu komentar
salah satu teman saya. Setiap kali mengambil gambar, selalu saja ada kabel
listrik menghalang.
Dan benar saja. Sekembalinya kami di pintu tol Bandung pada pukul tujuh
malam, tidak satu pun petugas kasirnya mengenakan bra.
Sumedang, 31 Maret 2009