Papaaaaa...!

“Kapan saya diajak bertemu dengan mama?”

Begitu saya bertanya di kampus dahulu saya pernah menuntut ilmu. Dan, ini adalah untuk pertama kalinya dalam seumur hidup saya mengajukan pertanyaan tersebut pada seorang perempuan. Perempuan yang baru saya kenal di pinggir jalan.

Soalnya, kalau di tengah jalan suka bikin macet.


Perempuan itu lalu menatap saya dari ujung sepatu sampai ujung dagu, seperti sedang menilai sesuatu. Seperti tengah memberikan rating saja. Seakan-akan saya ini seorang model saja. Atau manekin. Menebak-nebak berapa saya dipasang harga.
”Pak Andi, aku belum tahu apakah mamaku ini mau menikah lagi atau tidak. Kalaupun iya, sepertinya… Pak Andi terlalu muda untuk beliau.”

Saya hanya bisa diam.
Lain, tidak.

Kemudian, dengan gerakan manja seperti anak kecil berumur sepuluh tahun, dia merangkul lengan saya dan berseru, “Papaaaaaaaaaaaa…, kita ke Dufan, yuk!”
.
.
.
.
.
.
Sungguh.
Tidak pernah terpikirkan memiliki seorang anak tiri perempuan berusia duapuluh tiga tahun…

Bandung, 13 Agustus 2009

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

5 Hal Penting Tentang Saya

Maaf, Tak Diundang