Di Mana Kambing Saya?
waktu itu saya masih solehah
setiap terdengar adzan berkumandang
langsung segera mengambil wudlu
di tahun-tahun pertama kuliah
saya ini aktifis masjid
pasti kamu ngga percaya
tapi
demikianlah adanya
malahan
saya sempat menduduki
jabatan-jabatan penting
salah satunya
ketua divisi hewan kurban
dari mulai penjualan sapi dan kambing
sampai proses pemotongan
melakukan tender pemasok hewan kurban
tukang ijon kulit
merekrut tukang potong dan pengulit
mengorganisir jalur daging
termasuk membagikannya
maka hampir selama 3 minggu
badan saya bau
bau apa, saya ga mesti kasih tahu
nah
cerita ngga sampai di situ
awalnya semua berjalan lancar
kandang dibangun
diisi kambing dan sapi
rumput dipotong
lalu dijadikan pakan
hewan-hewan dinomori
jika ada permintaan pengantaran
maka saya sendiri yang mengantar
pake apa?
pake motor
kambing disimpan di tengah
diapit berdua
nah...
lalu
sampailah pada hari-h
terjadi miss kom alias salah komunikasi
seharusnya begini, malah begitu
seharusnya kambing nomor sekian diantar ke pembeli
malah dipotong
sehingga terjadilah dialog di bawah ini:
pak, kambing saya mana? kok belum diantar-antar juga?
tanya seorang ibu
kambing ibu? atas nama siapa?
tanya saya
tak usahlah kita sebut namanya
yang jelas, kambing si ibu sudah berubah jadi calon sate
pokoknya saya minta kambing saya kembali
kata saya dalam hati,
ehhh. si ibu tuh. mana bisa kambing mati hidup kembali
tak ada pilihan lain, saya pun pergi mencari kambing di hari-h yang tentunya dengan harga berlipat ganda
kamu bisa tebak, pake uang siapa?
tak usahlah diberi tahu
kamu bisa tebak, siapa yang motong kambing si ibu?
sampai kini tidak ada yang tahu
Bandung, 12 Oktober 2008
Comments