Surat Terbuka
Wahai Agen
Asuransi 007
.
.
.
.
.
.
.
yang saya hormati
di mana saja
berada
Melalui surat ini
saya beritahukan bahwa dengan sangat menyesal saya, a.k.a Andi Eriawan, tidak
akan mengikuti program yang kalian tawarkan. Berikut di bawah ini adalah catatan
panjang yang memuat berbagai alasan dan argumentasi mengapa saya menolak untuk
bergabung. Karena itu, saya harap surat ini dibaca dengan ditemani segelas kopi
kental. Semoga jawaban saya memuaskan dan hubungan kita tetap berteman.
Kamu bilang bahwa jika saya mati, pewaris saya
dijamin mendapatkan santunan ratusan juta rupiah.
Lalu saya balik
tanya, kalau saya mengikuti program asuransi jiwa ini, setelah saya mati apakah
saya dijamin masuk sorga? Kamu jawab tidak.
Kamu bilang bahwa di usia tujuh puluh nanti, saya
akan mendapatkan 1 milyar lebih sebagai hasil investasi.
Lalu saya tanya,
di usia tujuhpuluh, apa yang bisa saya nikmati dengan uang itu? Kamu diam saja.
Kamu juga bilang bahwa jika saya tidak mengikuti
asuransi pendidikan ini, saya akan kerepotan dengan biaya pendidikan anak-anak
saya kelak.
Saya beri tahu
kamu bahwa, jika diberi kesempatan memiliki keturunan, saya berencana untuk
menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah paling murah. Ke sekolah di mana mereka
merasa malu karena uang jajannya paling besar dibandingkan teman-temannya,
bukan sekolah di mana mereka malu karena uang jajannya lebih kecil. Mereka akan
disekolahkan di mana mereka merasa malu diantar mobil, bukan ke sekolah di mana
mereka merasa malu karena mobilnya butut.
Kamu tanya, apakah saya tidak khawatir mereka
tidak sepintar dan sejenius ayahnya?
Saya jawab bahwa
saya sama sekali tidak khawatir karena saya sendiri yang akan mengajari mereka
di rumah. Memangnya ada guru yang lebih baik dari saya? Meski itu sekolah
swasta paling mahal sekalipun?? Meski sekolah yang siswanya sudah menggunakan
laptop di kelas hanya untuk pelajaran ‘a i u’, anak-anak saya akan jauh lebih
pintar dari mereka semua. Wong, saya adalah guru bagi anak-anak saya.
Bagaimana dengan biaya kuliah mereka?
Saya akan memberi
kesempatan seluas-luasnya pada mereka. Mereka boleh kuliah di mana saja. Kuliah
subuh, kuliah tujuh menit, kuliah di negeri, swasta, negeri asing. Asal biaya
sendiri. Kalau saya ada uang sisa, mereka boleh meminjamnya.
Kamu tanya, kalau saya mati, apa yang akan saya
wariskan jika tidak ada asuransi jiwa?
Saya jawab, saya
akan wariskan kepada anak-anak saya intelejensi, daya tarik, sifat ksatria,
kesabaran, cinta sesama, kesederhanaan, keceriaan, pandangan hidup yang kokoh,
murah senyum, mata yang berbinar-binar dan hati yang begitu besar untuk
dibagikan pada semua orang.
Kamu bilang lagi bahwa premi asuransi investasi
yang ditawarkan begitu ringan.
Iya, saya akui.
Tapi yang ringan-ringan itu sangat berat bagi mereka, mereka yang tidak mampu
sekolah. Tidak mampu beli buku. Tidak mampu menyiapkan makanan untuk besok.
Maka, yang bagi saya ringan-ringan itu, lebih baik saya investasikan pada
mereka saja. Investasi tersebut menjaminkan saya masuk sorga setelah saya mati.
Bunga investasinya pun menarik: minimal 1000%. Jumlah preminya terserah saya,
semampunya.
Bagaimana dengan biaya rumah sakit jika kamu
sakit? Anak istri sakit?
Akan saya bawa ke
uskun.
..
.
.
.
.
.
.
Ustadz dukun.
Bandung, 11 Oktober 2008