Selamat Hari Kartini



Sedikit sekali orang yang tahu bahwa Ibu Kita Kartini memiliki seorang kakak laki-laki bernama Raden Mas Panji Sosro Kartono. Demi keakraban, mari kita panggil saja dia Paman Kita Kartono.

Yang menjadi pertanyaan adalah, pentingkah untuk tahu dan mengenal si Paman?


Ketahuilah, beliau seorang pahlawan yang berjasa besar. Saya sendiri tidak mengerti bagaimana namanya bisa tenggelam sedemikian rupa. Dengan skill, intelejensi dan jasa yang di atas rata-rata, saya sangat setuju jika Paman Kita Kartono sudah sepatutnya disejajarkan dalam deretan pahlawan nasional dan riwayatnya dikenalkan pada para murid sekolah dalam pelajaran PSPB dan Sejarah.

Berikut ini adalah prestasi dan jasa si Paman:


#1
Pemuda Indonesia pertama yang melanjutkan sekolah ke negeri Belanda. Ya, Belanda yang terkenal dengan bunga tulip dan windmill itu. Dan kejunya. Dan marijuananya yang legal dan bebas dihisap nikmat. Dan perkawinan gay-nya.

Gelar sarjana yang disandang Paman Kita Kartono adalah Docterandus in de Oostersche Talen dari Universiteit Leiden.

#2
Wartawan perang asal Indonesia pertama sewaktu Perang Dunia I.

Salah satu keberhasilan si Paman sebagai wartawan adalah ketika berhasil memuat hasil perjanjian rahasia antara tentara Jerman yang menyerah dan tentara Prancis yang menang perang.

#3
Menguasai tujuhbelas bahasa asing. Sebagian sumber malah menyebutkan hingga duapuluh sembilan bahasa, termasuk Sansekerta. Bahkan ada gosip, beliau menguasai bahasa jin dan para binatang.
Gosip itu, saya yang menyebarkan.

#4
Mendirikan balai pengobatan tradisional, sekolah dan perpustakaan di Bandung. Si Paman memang seorang intelektual sekaligus tabib yang mumpuni. Rumahnya selalu didatangi banyak tamu dari berbagai kalangan.

“Perpustakaan ini tidak disebut dengan nama yang lazim melainkan merupakan lambang dari suatu pengertian baru, suatu cita-cita baru. Namanya Darussalam, yang berarti rumah kedamaian,” tulis Kartono dalam suratnya kepada Mevrow Abendanon.

Siapa itu Abendanon?
Kamu tidak tahu?
Ih.

#5
Ahli sastra dan pidato yang tentunya cinta tanah air. Pernah menjadi pembicara dalam Kongres Bahasa dan Sastra Belanda ke-25 di Belgia. Paman di sana mempersoalkan hak-hak kaum pribumi di Hindia-Belanda yang tak dipenuhi pemerintah jajahan. Dalam pidato berjudul Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Indonesia), si Paman antara lain mengungkapkan:

“Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang akan membikin kita (Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci. Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”

Quote-nya yang terkenal adalah:

Sugih tanpa banda
Digdaya tanpa aji
Nglurug tanpa bala
Menang tanpa ngasorake

Kaya tanpa harta
Sakti tanpa azimat
Menyerbu tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan

Paman Kartono, selamat hari Kartini…

Bandung, 21 April 2009

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan