Masih Ada, Om
Jika berbicara tentang pekerjaan kantor, saya seperti berhadapan dengan tembok, atau serasa laksana benteng catur yang meringkuk saja di kotak paling sudut. Inilah satu-satunya bagian dari dunia saya di mana saya sungguh merasa sepi berada di sana. Nyaris tak ada teman untuk saling bercerita, berdiskusi atau sekedar mengeluh akan soal yang begitu sulit dipecahkan sendiri. Tidak pernah terpikir dahulu bahwa perusahaan tempat saya bekerja kelak orang banyak ragu akan eksistensinya. “Masih ada, gitu? Bukannya sudah bangkrut?” Tidak pernah terpikir dahulu bahwa pihak bank akan ragu pada karyawan perusahaan tempat saya bekerja untuk memberikan pinjaman atau kredit cicilan. “Ada pekerjaan lain?”