Lontong!!




Ceritanya, minggu lalu kami sekeluarga berlibur ke Pantai Carita. Letaknya di enampuluh kilometer arah barat laut Rangkasbitung. Dan di mana itu Rangkasbitung, bukan tanggung jawab saya untuk memberi tahu. Dan benarkah ke arah barat laut? Dan benarkah enampuluh kilometer jauhnya? Jujur, saya sekedar sok tahu. Mungkin lebih, bisa kurang. Data tersebut disampaikan hanya cuma sekedar formalitas belaka sahaja, yang bila dihapus, tidak akan mengurangi maknanya barang sedikit pun.


Rangkasbitung itu ibukota Provinsi Banten. Dulunya. Atau, kepinginnya. Dan hanya tinggal kepingin karena pembangunan di sana nyaris baru dimulai lima-enam tahun ke belakang. Sejak bupati yang saat ini menjabat. Namanya Jayabaya. Meski, menurut sassus yang tidak dapat dipertanggungjawabkan beliau tidak lulus sma, namun Kabupaten Rangkasbitung akhirnya mulai bergeliat dari tidurnya yang panjang dan nyenyak. Padahal, di sana banyak nyamuk bukan alang kepalang. Mungkin juga itu sebab di sana tidak ada bencong berpakaian seksi mangkal malam hari.

Di Rangkasbitung, hanya terdapat dua buah bioskop. Itu pun sudah tutup sejak tahun 1994. Apollo, bioskop paling tua dan paling lama bertahan, dan Mandala yang hanya sempat beroperasi selama satu-dua tahun. Keduanya tidak kuasa bersaing dengan kemunculan berbagai stasiun tv swasta. Padahal, saya suka sekali menonton di bioskop yang terdapat jeda istirahatnya, dimana kemudian para pedagang asongan menyerbu masuk ke dalam.

“Teh botol? Rokok? Lontong?”





Jangan mencari restoran fastfood jika, entah apa yang ada dalam pikiran kamu, berkunjung ke Rangkasbitung. Jangan bertanya di mana tempat yang romantis untuk berkencan, atau mencari outlet yang menjual fashion kesukaan. Dan yang terpenting, jangan sekali-sekali bertanya kapan pulang. Sudah jauh-jauh datang ke Rangkasbitung, masa langsung pulang?! Kamu harus mencicipi dahulu mie ayam Uum yang sangat terkenal itu. Terkenal di mana? Ya, di Rangkasbitung. Atau, cicipi baso Ismo yang sangat digemari itu. Yang kuahnya penuh lemak dengan sambal dahsyat pedasnya itu. Yang, konon, para peliput acara tv wisata kuliner berebut ke sana. TV mana? Ya, stasiun tv lokal sana. Itu pun kalau ada. Atau, rasakan juga hangat nasi uduknya yang sangat populer. Dan tentunya, harus mencoba juga sayur lada yang bau tiada tara, namun nikmat tak terkira. Maklum, bahan dasar sayur ini adalah daun yang digunakan sang rakun bersarang. Di sinilah perlunya kerjasama yang baik antara hidung dan mulut.

Bagaimana pun, dalam hal makan, si hidung harus menurut.

Kini, Rangkasbitung semakin semarak dengan berdirinya sebuah mall Barata, singkatan dari Banten Ra… Ta… Memang tidak sebesar dan semegah Senayan City di Batavia, tapi lumayanlah. Ada toko buku Karisma dan, tentu saja, penjaja dvd bajakan di sana. Kalau sudah ada dua macam toko itu, sudah lebih dari cukup, bukan?

Kalau ke Rangkasbitung, tidak usah bawa jaket tebal. Atau, syal. Temperatur udara di sana tidak jauh beda dengan Afrika. Tapi, tenang saja. Kamu tidak perlu disuntik malaria.




Jadi, ceritanya, kami sekeluarga berlibur ke Pantai Carita.

Carita, 08 Juni 2009

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan