Merindukan


ada yang benar-benar
sulit terhapus dari ingatan
.
.
.
namamu
dan begitu banyak peristiwa
di mana kita berada di dalamnya
tak peduli
berapa lama waktu berlalu
atau jejak-jejak kaki
yang t’lah mengering
lalu terbawa angin

pernahkah kukatakan
bahwa aku mencintaimu?
.
.
tidak
karena aku membenci
kata yang diucapkan banyak orang itu
tapi
bolehlah kuakui
bahwa aku merindukanmu

ya,
aku merindukanmu
karena ada yang benar-benar
sulit kutemukan
.
.
kembaranmu
dan tempat-tempat
dimana bayangmu
tak mengikuti


Beberapa bulan terakhir ini adalah masa-masa yang amat melelahkan bagi saya. Selain perut yang semakin tebal dan dompet yang kian menipis, waktu tak ada dan uang tak punya, rasa bahagia pun menjadi hal yang semakin langka. Tujuan menjadi tidak jelas, dan langkah kaki entah hendak ke mana.

Baru sekali terjadi dalam hidup ini, ingin rasanya menyerah saja.

Dibesarkan oleh dua pedagang yang merintis usaha mereka sejak nol besar, rasanya hidup ini selalu dipenuhi dengan semangat perjuangan tanpa kenal lelah. Jatuh-bangun, dalam bentuk apa pun, selalu siap untuk dihadapi. Setidaknya, begitulah yang selama ini selalu saya percaya.

Lalu semua terbuyarkan. Perlahan pada awalnya, lalu tiba-tiba mengalami akselerasi yang sangat tinggi. Seperti… tiba-tiba menemukan kesalahan yang sangat mendasar pada tatanan hidup yang selama ini coba dibangun. Keyakinan luluh-lantah…. keyakinan pada diri sendiri.

Sementara, jika saya tidak sombong, apalagi yang saya punya, bukan?

Semuanya berawal ketika saya mencoba untuk lupa; menghapus ingatan akan sebuah nama dan sebentuk senyuman. Juga gerak-gerik dan gelak tawa. Langkah kaki, postur tubuh serta kedip mata. Tentu saja, termasuk suaranya. Dan tidak ketinggalan hangatnya kopi, semangkuk mie dan agar-agar yang pernah dibuatnya.

Terasa berlebihan, memang. Tapi bagaimana lagi. Ada hal-hal yang berkaitan satu dan lainnya.

“I mean, you’re sittin’ on a winning lottery ticket. You’re too much of a pussy to cash it in.”
[Chuckie, Good Will Hunting]


Bandung, 26 September 2007

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan