I Love U, JK
Ini adalah penghinaan terbesar dalam hidup
saya. Sigh. Sebagai seseorang yang sombong, sebagai lelaki (yang
sombong), bahkan sebagai warga negara (yang juga sombong). Suatu hari penghinaan ini harus terbalaskan.
Semoga Tuhan segera mencairkan dendam ini. Sigh.
Memutuskan untuk menjilid proposal sambil
shalat Jumat di luar kantor, saya temukan lalu lintas Bandung jauh lebih macet
dari biasa. Rupanya, sang wakil presiden beserta rombongan duapuluh lebih kendaraan
sedang melakukan kunjungan ke kota ini. Seorang polisi menahan laju motor saya
di bilangan Pasteur sampai iringan panjang tersebut lewat. Saya menanti dengan
perasaan was-was, memperhatikan gerak-gerik polisi tersebut.
Bagaimana lagi…
tak ada SIM di dompet, dua tahun pajak STNK belum terbayarkan, plus pelat nomor
di belakang buntung setengahnya.
Kemudian semua
berjalan tidak lancar. Dari mulai warna biru pada printer yang tidak muncul,
sampai hujan yang membuat saya terlambat kembali ke kantor. Bla, bla, bla…
akhirnya saya baru kembali pukul tiga. Lagi-lagi, macet tidak ketulungan. Tapi
tidak apa. Dalam hati, tidak boleh ada yang membuat saya marah hari ini.
Ramadhan akan tiba beberapa hari lagi. Aih…
Namun, iblis
memenangkan pertempuran batin sore itu. Beberapa puluh meter dari gerbang
kantor terlihat banyak Paskhas Angkatan Udara dan polisi anti huru-hara
berjaga-jaga. Beberapa mobil patroli memblokade jalan.
Dalam hati, apa
kesalahan saya kali ini?
Ternyata mereka
bukan diperintahkan untuk menangkap saya karena saya tidak punya SIM, atau gara-gara
terlambat membayar pajak jalan, atau disebabkan pelat nomor yang buntung
setengahnya. Tidak. Bukan itu.
Rupanya, tidak
ada seorangpun yang boleh keluar-masuk kantor karena rombongan RI-2 akan
berkunjung. Termasuk saya! Saya tidak diperbolehkan masuk kantor karena
rombongan JK akan berkunjung. Karena rombongan wakil presiden akan berkunjung,
saya yang kepalang sedang berada di luar area, tidak boleh kembali masuk
kantor. Atas nama keamanan, saya yang siang itu berada di luar kantor, tidak
boleh kembali masuk karena rombongan pejabat akan berkunjung. Karena para
pejabat akan berkunjung ke kantor saya, maka saya seorang karyawan, yang sedang
berada di luar kantor tidak boleh masuk dahulu!
Setelah menenangkan
diri sejenak, beristighfar tiga kali, menurunkan tensi, saya memutuskan untuk
memarkirkan motor di sebuah halaman kantin. Motor saya tinggalkan beserta
helmnya, lalu berjalan kaki menuju kantor yang masih berjarak tiga ratus meter
jauhnya. Punggung saya tegakkan, langkah tegap berirama, mata lurus ke depan.
Dalam hati, coba
saja siapa yang berani…
Mungkin karena
potongan rambut pendek, celana panjang warna coklat polisi, disertai rompi
hitam yang saya kenakan, para polisi dan tentara itu terlihat segan untuk menghentikan
saya. Mata mereka sesekali melirik segan.
Hentikan atau jangan. Hentikan atau jangan.
Mungkin dalam
hati mereka bertanya-tanya, saya ini seorang atasan polisi, kah?
Langkah demi
langkah terus dilalui hingga akhirnya gerbang kantor terlewati. Tapi, rupanya
perasaan menang terlalu cepat muncul. Damn!
Di kejauhan, seorang satpam meminta saya untuk berjalan lebih ke tepian karena
rombongan JK tidak lama lagi datang.
Padahal, saya
sudah berjalan di atas trotoar! Damn!!
tak
ada artinya meminta maaf
tanpa
disertai penyesalan
tak
sempurna memaafkan
tanpa
mengembalikan keakraban
Selamat
menunaikan ibadah shaum Ramadhan
Maafkan saya
lahir dan batin
“Never trust a beautiful woman… especially one who’s interested with
you.”
[Magneto, X-Men 2]