Maju Produk Cibaduyut!

Kata orang bijak, tidak boleh kita menghitung-hitung kekayaan. Apalagi, kekayaan tetangga. Tapi malam ini tidak ada yang bisa saya lakukan mengingat mata terlalu segar untuk dipejamkan. Jadilah saya mulai mencatat inventaris barang yang berhasil saya beli selama ini.

#1 TV Asatron 14”.
Dibuat di negeri Cina, lalu dikirim dengan kapal dagang. Harga 500 ribuan. Tidak saya tawar. Sudah menjadi kebiasaan saya tidak suka tawar-menawar.

“Tabungnya LG, Mas,” begitu yang dibilang si penjual di bilangan pusat elektronik Jalan ABC tiga tahun lalu. Namun, bukan karena alasan tersebut saya beli itu tivi. Tapi lebih karena terjangkau harganya.

Kondisi si tivi saat ini cukup memprihatikan. Selain terbungkus oleh lapisan debu tebal, remote-nya pun sudah pensiun entah sejak kapan. Tombol-tombolnya nyaris tanpa guna. Kalau saya tekan channel 5, yang muncul channel 10. Jika saya naikkan volume, yang terjadi adalah bergantinya mode, dari TV ke mode AV.
Tadinya mau saya berikan ke adik saya, tapi saya tidak tega. Memberi barang kan harus barang yang kita juga senang memakainya.

Mau saya buang, nanti dikiranya saya orang kaya. Nanti kamu ingin saya nikahi segera.


#2 Ponsel Sony Ericsson T630
Dibeli tepat empat tahun lalu. Itu pun second. Sudah enam bulan lamanya tidak bisa di-charge secara konvensional. Karena itulah saya selalu membawa satu batere cadangan plus satu charger portable jika berpergian. Tak ada keluhan lain kecuali tidak bisa memutar MP3 kesayangan.
Meski sudah ketinggalan jaman, maaf-maaf saja, tidak pernah tanpa pulsa.

#3 Motor Honda GL Pro 160 cc
Ini adalah motor impian saya sejak kecil. Buatan tahun 1997. Seperti ponsel saya, motor ini dibeli di tahun yang sama. Bulan yang sama. Second juga, tentunya.

Kondisi saat ini? Lampu depan, mati. Lampu belakang, mati. Lampu rem, mati. Lampu sein, jangan ditanya. Mati. STNK belum diperpanjang selama tiga tahun. Pelat nomor belakang buntung separuh. Jok motor mudah terembes air sehingga membuat celana dalam saya selalu basah di musim hujan. Dan… jarang sekali dilap. Apalagi, dicuci.

Tapi di luar itu semua, saya sayang ini motor. Cinta saya sama dia. Sekaya apa pun nanti, tidak akan saya jual ke tetangga.

#4 Kipas Angin Maspion JF-2108T
Inilah produk kita. Sengaja saya beli demi membuktikan cinta pada negeri. Dan kelak, seluruh perabot rumah tangga saya adalah Maspion punya.
Maju produk dalam negeri!

#5 Netbook Asus EEEPC
Dibeli tepat tahun lalu di kala saya mulai menyadari bahwa dengan uang tiga juta, kita bisa puya netbook baru. Dengan ukuran layar monitornya yang hanya tujuh inch, sangat cocok dengan karakter saya yang lincah dan pandai berkelit. Baru-baru ini terjangkiti virus trojan dan bermacam spam.

Ukuran harddisk hanya 2 Giga!!
Hebat, ya, saya…

#6 Modem 3,5G Amoi
Dibuat di negeri Cina. Baru saja lunas setelah dicicil selama 18 bulan. Maklum, dulu harganya sekitar 2,4 juta. Tapi setelah lunas, koneksi internet justru sangat buruk sekali. Disko tiada henti.

Kini, berinternet seperti bermain catur dengan perempuan saja, rasanya. Banyak menunggu. Lama, pula.

#7 MP4 Player ZTE
Dibuat di negeri Cina. Saya pikir, barang ini sebagus Ipod sewaktu saya beli dari seorang temannya teman. Cuma 500 ribu. Bukan cuma, sebenarnya. Uang segitu juga berharga.
Maksud hati mau dihadiahkan pada adik, namun apa daya, saya tidak punya radio. Tape compo Aiwa saya dijual bertahun-tahun lalu demi…

Jadilah fungsinya saya alihkan menjadi mesin HR FM.
More radio, less TV.

#8 DVD Player Akira
Dibeli di tahun 2005 dengan harga 275 ribu. Konon, mendapatkan penghargaan Best Brand Awards di Singapur selama dua tahun berturut-turut. Kelebihannya dibandingkan player merk lain adalah ukurannya yang amat kecil. Dan harga yang murah, tentunya. Bisa memutar film apa saja. Kecuali film porno.

Dan film Indonesia.

#9 Sepatu Reebok, Fila, Vans dan Hush Puppies.
Semua dibeli di tahun-tahun yang berbeda. Saya bukan gila merk luar, sebenarnya. Saya suka produk Cibaduyut. Hanya saja, akses jalan menuju ke sana sangat butut.

Beli produknya, sampaikan komplainnya. Maju produk dalam negeri!

#10 300-an DVD Collector Edition
Sebagian hilang entah ke mana. Sebagian lagi sebenarnya milik teman-teman saya. Tapi dalam meminjam barang teman, saya menganut “kalau ngga ditagih jadi milik sendiri”.

Koleksi saya adalah film-film lama yang sulit dicari. Yang paling saya banggakan adalah film-film berlabel Unrated.

Semua bajakan.

#11 1 Novel, 4 Buku Sejarah, 1 Kamus Bahasa Indonesia
Sejak kecil, saya nyaris tidak pernah beli novel. Saya adalah anggota duabelas taman bacaan di Bandung dan satu di Rangkasbitung.

Namun, demi monyet yang membuat burung berkicau, saya rela mengeluarkan seratus tigapuluh ribu.

———

Setelah direnungkan kembali, ternyata saya tidak sedemikian miskinnya. Maafkan, ya Tuhan, jika selama ini saya kurang bersyukur.





Ke arah manakah awan yang meninggalkan puncak gunung?
Ke barat? Ke timur?
[Hideyoshi, Taiko]

Bandung, 25 Februari 2009

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan