Do You Want to Know a Secret

Sudah lebih dari dua bulan tivi tidak saya nyalakan. Tidak ada berita yang saya tonton. Tidak ada gosip, sinetron, ceramah pagi ataupun mtv. Juga tidak ada koran yang saya baca. Tivi saya berdebu sangat tebal, seperti fosil tua yang baru ditemukan.

Lalu di kantor, dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, rentetan peristiwa baru saya dengar dari selintas obrolan.

“Amerika resesi. Pasar saham dunia turun.”
“Puluhan orang jadi korban miras oplosan di Indramayu.”
“Rupiah semakin melemah.”
“Exxon berusaha mendapatkan sumur minyak.”
“BCL menikah bulan November.”
“Badawi siap diganti.”


Ah. Kemana saja saya selama ini?

Ya, saya sedang sibuk dengan dunia saya sendiri. Jangan tanya apa yang saya sibukkan. Tidak. Saya tidak akan bilang meski dipaksa, disiksa dan diancam.

Kecuali jika dirayu.

Atau dipuji.

….

Apa? Saya cowok banget?



Ah, pujian. Saya suka itu.
Baiklah, akan saya beri tahu.

Biasa. Ini lagu lama.

Lagu yang disenandungkan sejak dahulu kala. Sejak Adam menerima kabar Tuhan akan menciptakan pasangannya. Sejak San Pek betemu Eng Tay, Lennon bertemu Yoko, Paul bertemu Linda, Xu Xian bertemu Bai SuZhen. Tapi bukan lagu yang dinyanyikan Harry ketika bertemu Sally.

Ya. Saya sedang jatuh.

Jatuh miskin.

Investasi jutaan dollar yang saya tanamkan pada Lehman Brothers lenyap tak berbekas. Saya sempat dirawat lama di rumah sakit akibat meminum bir yang telah dioplos dengan autan. Rupiah yang saya simpan di bank pun tidak cukup membeli dollar, padahal saya sudah berjanji pada seseorang untuk membangun sebuah pondok untuknya di tepi Lake Tahoe. Tanah saya di Cepu terpaksa digusur karena terlalu berminyak untuk ditanami kangkung. Dan baru-baru ini, saya dibuat patah hati oleh si sialan Ashraf Sinclair. Ingin sekali saya ke Malaysia untuk menghajarnya, tapi dengar-dengar dia hendak dijadikan perdana menteri mengganti Badawi.

SIALAN!!


Hey, kamu. Iya, kamu yang di sana.
Ulurkan tangan kamu. Saya sedang terjatuh.




“Nobody knows it, but you’ve got a secret smile, and you use it only for me.”

[Anonymous]

Bandung, 13 Oktober 2008

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan