Surat Terbuka

Wahai Agen Asuransi 007
yang saya hormati
di mana saja berada

Melalui surat ini saya beritahukan bahwa dengan sangat menyesal saya, a.k.a Andi Eriawan, tidak akan mengikuti program yang kalian tawarkan. Berikut di bawah ini adalah catatan panjang yang memuat berbagai alasan dan argumentasi mengapa saya menolak untuk bergabung. Karena itu, saya harap surat ini dibaca dengan ditemani segelas kopi kental. Semoga jawaban saya memuaskan dan hubungan kita tetap berteman.

Kamu bilang bahwa jika saya mati, pewaris saya dijamin mendapatkan santunan ratusan juta rupiah.
Lalu saya balik tanya, kalau saya mengikuti program asuransi jiwa ini, setelah saya mati apakah saya dijamin masuk sorga? Kamu jawab tidak.

Kamu bilang bahwa di usia tujuh puluh nanti, saya akan mendapatkan 1 milyar lebih sebagai hasil investasi.
Lalu saya tanya, di usia tujuhpuluh, apa yang bisa saya nikmati dengan uang itu? Kamu diam saja.

Kamu juga bilang bahwa jika saya tidak mengikuti asuransi pendidikan ini, saya akan kerepotan dengan biaya pendidikan anak-anak saya kelak.
Saya beri tahu kamu bahwa, jika diberi kesempatan memiliki keturunan, saya berencana untuk menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah paling murah. Ke sekolah di mana mereka merasa malu karena uang jajannya paling besar dibandingkan teman-temannya, bukan sekolah di mana mereka malu karena uang jajannya lebih kecil. Mereka akan disekolahkan di mana mereka merasa malu diantar mobil, bukan ke sekolah di mana mereka merasa malu karena mobilnya butut.

Kamu tanya, apakah saya tidak khawatir mereka tidak sepintar dan sejenius ayahnya?
Saya jawab bahwa saya sama sekali tidak khawatir karena saya sendiri yang akan mengajari mereka di rumah. Memangnya ada guru yang lebih baik dari saya? Meski itu sekolah swasta paling mahal sekalipun?? Meski sekolah yang siswanya sudah menggunakan laptop di kelas hanya untuk pelajaran ‘a i u’, anak-anak saya akan jauh lebih pintar dari mereka semua. Wong, saya adalah guru bagi anak-anak saya.

Bagaimana dengan biaya kuliah mereka?
Saya akan memberi kesempatan seluas-luasnya pada mereka. Mereka boleh kuliah di mana saja. Kuliah subuh, kuliah tujuh menit, kuliah di negeri, swasta, negeri asing. Asal biaya sendiri. Kalau saya ada uang sisa, mereka boleh meminjamnya.

Kamu tanya, kalau saya mati, apa yang akan saya wariskan jika tidak ada asuransi jiwa?
Saya jawab, saya akan wariskan kepada anak-anak saya intelejensi, daya tarik, sifat ksatria, kesabaran, cinta sesama, kesederhanaan, keceriaan, pandangan hidup yang kokoh, murah senyum, mata yang berbinar-binar dan hati yang begitu besar untuk dibagikan pada semua orang.

Kamu bilang lagi bahwa premi asuransi investasi yang ditawarkan begitu ringan.
Iya, saya akui. Tapi yang ringan-ringan itu sangat berat bagi mereka, mereka yang tidak mampu sekolah. Tidak mampu beli buku. Tidak mampu menyiapkan makanan untuk besok. Maka, yang bagi saya ringan-ringan itu, lebih baik saya investasikan pada mereka saja. Investasi tersebut menjaminkan saya masuk sorga setelah saya mati. Bunga investasinya pun menarik: minimal 1000%. Jumlah preminya terserah saya, semampunya.

Bagaimana dengan biaya rumah sakit jika kamu sakit? Anak istri sakit?
Akan saya bawa ke uskun.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ustadz dukun.




Bandung, 11 Oktober 2008

Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan