Jumpalitan

Teruntuk Litan,
seorang perempuan
yang padanya ingin kutitipkan
cinta yang utuh,
tali erat persahabatan,
keping demi keping kenangan,
rasa percaya,
jendela masa depan,
pintu menuju masa lalu,
keluhan dan kesahan,
derai tawa serta air mata,
sebentuk rindu,
segenggam cemburu,
juga gairah menggebu…


Hanya untuk Litan,
seorang perempuan di mana
setiap bait kata yang diucapkannya,
setiap lirik lagu yang disukainya,
setiap syair puisi yang mengendap di hatinya,
telah membuat lelaki ini
selalu menyebutkan namanya
setiap kali ia berdoa
yang jarang itu
yang sekedarnya itu
yang kadang-kadang itu

Litan,
tahukah kamu
lelaki ini
punya seribu pertanyaan
melayang berterbangan
di kepalanya
memiliki sejuta harapan
mengendap hinggap
di dadanya
semilyar mimpi
menyelam dalam
di hatinya

tentang kamu
jika kamu ingin tahu

namun sayang,
ia bukan siapa-siapa
tidak dimilikinya talenta
seperti para penyair itu
tidak dipunyainya motor besar
seperti pembalap itu
dan jangan ditanya
ia bisa menyanyi atau tidak

dirinya hanyalah seorang lelaki
yang bertekad menjaganya baik-baik
dan memeliharanya sungguh-sungguh
cinta yang utuh,
tali erat persahabatan,
keping demi keping kenangan,
rasa percaya,
jendela masa depan,
pintu menuju masa lalu,
keluhan dan kesahan,
derai tawa serta air mata,
sebentuk rindu,
segenggam cemburu,
juga gairah menggebu…

yang kamu titipkan
jika lelaki ini diberi kesempatan





Mereka yang mengenal saya sungguh tahu bahwa saya adalah seorang lelaki pejuang. Itu tidak diragukan lagi. Jika menginginkan sesuatu, saya akan mengejarnya. Tak peduli berapa lama waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang harus dikeluarkan.

Hutan golok, laut pedang. Saya tidak peduli. Hajar!

Namun, kali ini sungguh berbeda.

Ada misi yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Begitu banyak yang menaruh harapan pada lelaki sombong ini. Ada tanggungjawab yang harus diembannya. Saya, tidak lagi hidup hanya demi seseorang.

Para pujangga selalu berkata: jika cinta, kejar. Buktikan.
Tapi sahut pendekar: bukan laki-laki sejati mereka yang mengkhianati harapan.

*sigh…

Mungkin dengan begini, saya akan betul-betul kehilangan. Dan harapan yang semula kecil itu, terhapus benar-benar. Dan saya tak punya kesempatan lagi mendapatkan porsi hati kamu yang paling besar. Lalu mereka akan mencibir: kalau saja kamu berangkat ke sana…

Jika kamu ingin pergi, saya tidak kuasa menahan.
Takkan saya merengek lagi.
Biar saya pelototi inbox kosong itu sampai bosan.
Kamu, saya bebaskan.




Sampai Jumpalitan… 

Bandung, 09 Desember 2008


Popular posts from this blog

Always, Laila (Repackaged)

Maaf, Tak Diundang

Soerat Oendangan